Cornering, menurut saya adalah keahlian untuk melewati berbagai bentuk tingkungan dengan kecepatan optimal secara aman, bagi sebagian orang cornering identik dengan balapan seperti moto gp, padahal cornering adalah keahlian yang kita sebagai pengendara motor harus bisa menguasainya, agar saat kita dalam perjalanan kita bisa lebih siap dan tidak kesulitan melewati atau menghadapi tingkungan dengan kecepatan konstan agar waktu tempuh perjalanan bisa lebih cepat dari biasanya.
Jadi siapapun pada dasarnya saat mengendarai motor melewati tingkungan mereka sebenarnya sudah melakukan cornering secara natural walaupun secara tehnik caranya diluar teori yang seharusnya seperti counter sterring, kontroll gas, braking point, body position, dst.
Hanya saja sebagian bikers , menganggap cornering adalah mereka yang merebahkan motor sampai dengkul kena aspal , atau dikenal kneedown, padahal semua sepakat, cornering beda dengan kneedown, sedangkan kneedown sudah pasti terjadi karena melakukan cornering, jadi cornering tidak harus kneedown, ini yang harus ditanam di diri kita, agar tidak semua tingkungan yang pada bisa dilewati tanpa kneedown tapi memaksa untuk melakukan kneedown, terlebih dijalan raya yang paling penting adalah scaning sebelum memutuskan untuk cornering kita wajib tau situasi kondisi sekitar dan obstacle (rintangan) apa saja yang ada dijalan bahkan di dalam tingkungan.
Lalu kapan kita bisa kneedown ?, klo menurut saya pribadi jika kita sudah menguasai tehnik cornering dengan benar, dari bopos dan lainnya, tanpa kita paksakan juga nanti dengan sendirinya akan kneedown, banyak yang bilang kneedown adalah bonus.
Saat saya belajar cornering dahulu waktu itu di otak adalah saya harus bisa kneedown biar kaya rosi :D, semakin saya berusaha ternyata semakin sulit, yang akhirnya pun saya sudah tidak kepikiran untuk bisa kneedown, jadi saya mempelajari apa itu bopos, apa itu kontrol gas, hingga akhirnya setiap latihan dengan sendirinya tanpa saya sadari saat cornering, kemiringan motor saya lebih rebah dari sebelumnya, karena sudah terbiasa dengan kemiringannya saya pun mencoba sejauh mana saya bisa merebahkan motor saya lagi, yang akhirnya dengkul saya tiba tiba bergesek dengan aspal, saat itu kondisinya kaget, bahkan saking kagetnya saya langsung tegakin motor, dan saya sadar ternyata saya baru saja melakukan kneedown dan bisa melakukan kneedown karena mempelajari cornering sesuai teori yang saya dapat.
Skip dulu curhatan saya, kita kembali ke topik, hampir semua pengendara motor menyukai balapan motor, dari roadrace sampai moto gp, terlintas di benak mereka untuk melakukan apa yang pembalap idolanya lakukan, yaitu cornering ( atau mungkin kneedown), mencoba membelokan motor di tingkungan layaknya rosi, yang akhirnya mereka belajar secara otodidak lewat tulisan bahkan video agar apa yang di ingikan bisa terwujud.
Jadi apakah kita perlu mengusai tehnik cornering ? jawabnya harus, walaupun secara alami kita akan memiringkan motor saat melewati tingkungan yang landai, lalu apakah manfaat setelah menguasai cornering ? tentu banyak salah satunya saat kita menempuh perjalanan jauh denan beragam tingkungan yang kita tidak kenal kita sudah siap menghadapinya dan kita juga bisa memangkas waktu tempuh perjalanan lebih singkat dari sebelumnya.
Jadi apakah saat kita latihan cornering itu sama dengan tehnik pembalap ?, saya pribadi berpendapat berbeda, kenapa ? jika hanya untuk aplikasi dijalan raya agar kita bisa siap melewati rintangan di tingkungan, tehnik seperti trail braking, power slide yang ada di para pembalap kita tidak harus mempelajarinya, beda hal jika anda memang mau menjadi seorang pembalap, tidak hanya cornering saja yang dipelajari tapi masih banyak materi lainnya yang harus dikuasai agar waktu tempuh perlap bisa lebih cepat dan overtaking lawan.
Selama saya di BC saya sedikit bisa membaca keinginan atau hasrat teman teman saya mau kemana arahnya setelah bisa cornering, sebagian teman belajar cornering memang untuk melatih skill , agar bisa menghadapi rintangan dalam tingkungan, sebagian lagi untuk narsis, agar bisa bergaya seperti pembalap idolanya, sisanya lagi memang punya ke inginan untuk menjadi pembalap, tapi di BC kebanyakan karena narsis :D
Jadi bagi anda yang ingin melatih skill cornering anda lebih advance berlatihlah di sirkuit , atau dijalanan yang tertutup dari pengendara lain agar tidak terjadi kejadian yang merugikan orang lain.
Setiap belajar ada tahapan jadi jangan terlalu nafsu, pelajari secara sabar yang nantinya dengan sendirinya anda bisa menguasai cornering.
Jika saya ingin belajar, belajar diamana ?, banyak forum yang membahas tehnik cornering, beberapa bloger juga membahas beberapa tehnik cornering, tinggal anda mencarinya di google
Saya selama ini belajar lewat tulisan yang ada di group, forum dan blog atau situs web yang mebahas cornering, tapi lebih banyak dari youtube, selama latihan yang terpenting adalah bawa teman untuk dokumentasi, bukan buat narsis yah tapi buat koreksi.
TEKNIK CORNERING DASAR UNTUK PEMULA
Menikung atau Cornering adalah sebuah aspek dasar dari riding skill yang memang seharusnya dikuasi oleh setiap pengendara roda dua. Jadi bukan soal gaya gayaan atau "eksyen" semata. Didalamnya termasuk ada braking skill, body position, focus, concentration, dsb. Untuk kemampuan tingkat advance seperti itu mungkin hanya yang sudah ahli dan berpengalaman lah yang menguasai. Tapi bukan berarti kita sebagai rider harian yang awam 'cornering' tak perlu mengetahui, setidaknya kita juga perlu mengerti dan melancarkan dasar dasarnya. Saya sadar bahwa sekedar tahu teori saja tidaklah cukup, perlu praktek dan latihan secara cukup rutin untuk bisa terbiasa menerapkannya.
Panduan dasar untuk menikung berikut ini saya sarikan dari berbagai sumber:
General Turning
Hal penting dalam proses menikung adalah memperlambat kecepatan motor SEBELUM kita mulai menikung. Sewaktu motor masih melaju lurus, penting bagi kita untuk menurunkan kecepatan motor sampai ke level kecepatan yang membuat kita merasa cukup nyaman dan percaya diri untuk melewati tikungan didepan. Buat kita yang pemula, jangan tergiur atau merasa terlalu pecaya diri mampu melibas tikungan dengan kecepatan tinggi. Disaat kita mulai menikung, lepaskan tuas rem dan berikan akselerasi secara bertahap dan perlahan lahan. Menambah kecepatan motor secara perlahan sepanjang tikungan akan membantu motor lebih stabil di tikungan. Jika anda melambatkan kendaraan selagi menikung, kestabilan motor bukannya lebih baik, justru memburuk dan menjadi sulit dikendalikan.
Tanamkan prinsip ini selalu dalam memori kita: Slow in – Fast Out.
Memang betul, yg namanya ‘kecepatan’ bagi setiap individu kadang subyektif, alias relatif. Apa yang menurut anda lambat, buat orang lain mungkin terbilang cepat, atau sebaliknya. Misalnya 70km/jam saat memasuki tikungan buat saya itu terlalu cepat. Sedangkan di mata rider lain, 100km/jam terasa biasa biasa saja. Lalu bagaimana dong menentukan kecepatan kita terlalu terlalu cepat atau bahkan terlalu lambat saat mendekati tikungan? Gampang saja, percayakan saja pada naluri anda sendiri, hehe. Jika pada saat kita mendekati tikungan, muncul perasaan gamang atau takut disusul timbulnya dorongan kuat dari insting anda yang memaksa untuk mengerem sekeras mungkin; bisa dikatakan itulah tandanya kecepatan motor kita terlalu tinggi saat memasuki tikungan. Out of our control. hehe. Sebagai pemula, lebih baik bagi kita memilih kecepatan yang lebih lambat walaupun mungkin sebenarnya kita bisa menghandle lebih dari itu, daripada over confidence memasuki tikungan dalam kecepatan yang lebih tinggi dari yg bisa kita kontrol, akibatnya bisa fatal.
Standard Cornering Technique
Berikut ini adalah beberapa tahapan utama dalam menikung:
1. Dengan menggunakan rem dan menurunkan grip gas, turunkan kecepatan sebelum motor mencapai tikungan. Ini juga merupakan waktu yang tepat untuk proses downshifting (turun gigi). Motor masih dalam posisi tegak dan juga masih melaju lurus. Pastikan kopling sudah dilepas dan grip gas sudah stabil sebelum kita mencapai tikungan.
2. Bawa /arahkan motor dari bagian luar jalan terlebih dahulu untuk kemudian menuju sisi dalam tikungan (out to in). Dijalan dua arah (jalan raya), saat memasuki tikungan ke kanan, maka bagian luar tikungan adalah area bahu/pinggir jalan, sisi dalam adalah yang mendekati -tp tidak melewati- marka tengah jalan, dan begitu sebaliknya untuk tikungan ke kiri. Prinsip ’out to in’ menguntungkan rider karena dapat membantu memberikan ruang dan sudut pandang yang lebih luas pada kita mengenai medan/ potensi gangguan yang mungkin ada di dalam/di exit tikungan.
3. Geser titik beban tubuh ke bagian dalam tikungan yang akan kita lewati. Istilah kerennya ” Body Steering atau body english’ . Bukan berarti anda harus bergaya bergelantungan di motor atau knee down seperti pembalap lho, kecuali anda ada di trek sirkuit ya silahkan saja. Lha kalo dijalan raya? posisi badan/pantat yang terlalu bergelantungan/over keluar tentu akan menyulitkan rider untuk bermanuver dan bereaksi kalau ada gangguan atau bahaya mendadak ditengah tikungan. Buat kondisi jalanan sehari hari, sedikit menggeser posisi duduk menjadi lebih condong ke dalam tikungan saja sudah cukup. Kalo kata suhu cornering katanya pergeseran poros beban ini membantu meningkatkan ’ground clearance’,motor, dan bisa membuat kita merasa lebih pede saat memasuki tikungan. Selain itu juga mempersulit kepala dan mata dari "keluar jalur pandangan". Supaya mata rider gak jelalatan kemana mana saat sedang menikung, alias tetap memandang ke arah jalur yang seharusnya dituju.
4. Tengokan/putar kepala kita (bukan hanya melirik dengan mata) kedalam tikungan dan arahkan pandangan lebih jauh kedepan ke bagian jalan yang ingin anda lewati. Yang jadi fokus pandangan adalah titik keluar tikungan. Ingat bahwa kendaraan cenderung melaju menuju kearah mana kita melihat, jadi lihatlah kearah yang ingin anda tuju.